Sabtu, 01 November 2014

Cerpen dari Anime Ao Haru Ride episode 1

Mengejar Masa Lalu

Saat ia terbangun, jam sudah menunjukkan pukul 06.10 pagi. “Wahh, aku kesiangan!!” Katanya dengan kaget. Kemudian dia langsung bergegas bersiap-siap ke sekolah. Futaba,  yang sudah menjadi siswi SMA kelas 1. Gadis yang cantik, imut, namun ia tomboy. Entah apa yang membuatnya seperti itu. Di perjalanan ke sekolah, ia berhenti di depan bangunan, ia sempat melamun setelah melihat bangunan itu. Mungkin ia teringat masa lalunya. Sejenak, ia teringat kembali keadaan yang sedang ia alami, dengan cepat ia pun langsung berlari menuju ke sekolahnya.
Sesampainya di kelas,“Selamat Pagi, Futaba” sapa temannya. “Ya! Selamat Pagi, Chie!” Balas Futaba. “Aku mau mengembalikan buku catatan yang kemarin kupinjam, terima kasih!” kata temannya. “Ya, ya, sama-sama” kata Futaba sambil memasukkan buku catatan itu ke dalam tasnya yang di dalamnya isinya sangat berantakan. “Kau ini, seharusnya seorang cewek harus  lebih cekatan dalam mengurus barang-barangnya, kau ini terlihat tomboy!” Kata temannya. Futaba hanya tertawa mendengar itu sambil berkata dalam hati “Jangan bicara seperti itu, aku sengaja melakukan ini”. Lalu datanglah temannya yang satunya lagi, Asumi. Ia berkata “Tapi itu menjadi daya tarik tersendiri bagi Futaba, kan? Tidak seperti orang yang di sana itu”. Ia menunjuk Makita, seorang siswi yang imut, pendiam, dan agak pemalu di depan laki-laki. Ia baru datang di kelas, para siswa laki-laki langsung menyapanya “Wah, Makita! Selamat Pagi!”. Makita pun membalasnya “Se-Selamat Pagi!” dengan wajah yang agak malu-malu. Asumi pun melanjutkan pembicaraannya “Kenapa banyak anak laki-laki yang suka padanya? Wajahnya saja tidak terlalu manis”. Chie menjawab sambil menjulurkan lidahnya “Mungkin mereka suka aura keimutannya itu”. Futaba hanya diam melihat Makita yang selalu jadi bahan pembicaraan siswi-siswi di kelas. Ia berkata dalam hati “Makita, apa dia baik-baik saja? Seluruh wanita di kelas ini membencinya. Dia benar-benar terisolasi di sini.” Sambil mengingat-ingat kembali masa-masa Futaba saat SMP, ia melanjutkan lamunannya itu “Aku tidak tahan menjadi seperti dia, aku tidak mau sendiri lagi. Dijauhi orang-orang. Karena itulah aku memutuskan! Di sekolah SMA ini, aku menekan tombol reset, dan memberikan kesan baru pada ‘Futaba’, jadi para wanita di kelas tidak ada yang membenciku. Aku telah mengubur dalam-dalam sisi feminimku”. Dan itu lah yang membuat Futaba menjadi seperti sekarang ini.
“Aku sangat lapar! Ayo kita cepat makan!” kata Futaba sambil membawa kantong plastik berisi makanan yang dibeli dari kantin. “Makanmu banyak juga, ya” kata Asumi. “Hebat, setiap hari makanmu segitu, Futaba” lanjut Chie. Futaba hanya tertawa mendengarkan temannya yang merespon yang sama setiap harinya. “Tanaka!” terdengar suara siswa laki-laki memanggil seseorang. Futaba yang mendengarkannya, langsung melihat ke sumber suara itu. Sejenak, ia teringat dengan seorang laki-laki yang dulu ia sukai, namanya pun mirip dengan laki-laki itu. Ternyata ada seorang siswa dan seorang guru Muda bernama Tanaka, “Mau permen karet?” kata siswa. “Hei, panggil aku ‘Bapak’ !“ Kata Tanaka. “Mau apa gak nih?” siswanya menghiraukan perkataan gurunya barusan. Tanaka hanya tersenyum dan bilang “Tentu”. Kelihatannya mereka sangat akrab, sampai-sampai memanggil dengan menggunakan nama. Futaba yang menyaksikan itu seketika diganggu oleh Asumi “Jangan-jangan... ini... cinta?”. Futaba kaget dengan ucapan Asumi. Chie pun melanjutkannya “Mencurigakan! Kau kan selalu bersikap tidak tertarik kepada laki-laki, tapi reaksimu beda saat melihat Pak Tanaka”. “Eh, ja-jangan bercanda, itu tidak mungkin!” kata Futaba melawan teman-temannya. Asumi pun membalas “Hehe, hanya bercanda. Kau memang tidak cocok jatuh cinta” sambil tertawa, Chie melanjutkan ”Haha, itu memang benar”. Futaba pun ikut tertawa. Kemudian ada dua laki-laki di dekat mereka sedang membicarakan Futaba. “Hei, ngomong-ngomong, Futaba itu cantik juga yah?”. “Ya sih, tapi Futaba itu...” belum selesai ia bicara, Futaba yang mendengar itu langsung membuka kantong plastiknya dan mengambil sebuah roti, lalu ia langsung melahapnya dengan cepat!”. Reaksi temannya dan kedua lelaki itu pun terkejut melihat Futaba seperti itu. “Wahh, ternyata aku salah menilai”. “Iya, kan?”
Mereka bertiga pun melanjutkan perjalannya kembali ke kelas, “Kau dengar kata laki-laki tadi? Jika kau merawat sisi feminimmu, pasti sudah banyak lelaki yang suka denganmu!” kata Chie. “Hah? Aku tidak peduli dengan semua itu. Selama ada kalian berdua, aku tidak butuh yang namanya laki- la...”. “Bruk!” seseorang laki-laki yang datang dari arah berlawanan menyenggol tangan kiri Futaba yang membuat roti di tangannya jatuh. Dengan refleknya, laki-laki itu mengambil roti Futaba sebelum jatuh ke lantai. Kemudian ia memberikannya kepada Futaba. Lelaki itu hanya menunduk dan tidak menunjukkan mukanya sama sekali kepada Futaba. “Terima kasih” kata Futaba. “Hampir saja” kata laki-laki misterius itu. Hanya kata-kata itu saja yang terlontar dari mulut lelaki itu. Kemudian ia meninggalkan Futaba. Futaba hanya terdiam dan mengingat lelaki yang ada di masa lalunya itu. Ia lalu berkata pelan “Tanaka? Apa dia Tanaka?” Futaba kemudian mengejar lelaki itu, dan ia berpamitan pada temannya kalau ada sesuatu yang lupa dibeli, dan Futaba menyuruhnya agar mereka duluan. Futaba yang berlari memikirkan sesuatu “Suara itu, punggung itu.. sangat berbeda. Bahkan aku tidak melihat wajahnya. Bagaimana bisa aku berpikir itu Tanaka?”. Ia berhenti berlari ketika ia sudah ada tepat di belakang laki-laki itu. Laki-laki itu masih berjalan. Futaba ingin memanggilnya, dengan ragu-ragu ia ingin memanggilnya, nafas sudah ia hembuskan, dan “Mabuchi!!” terdengar seorang lelaki yang memanggil di belakang Futaba, dan laki-laki misterius itu pun berhenti dan berbalik. Futaba penasaran apa dia benar-benar Tanaka yang ia cari selama ini. Lelaki itu tersenyum saat menatap Futaba. Futaba hanya terdiam. Ternyata lelaki yang memanggil tadi adalah temannya lelaki misterius itu. Ia datang menghampirinya dan mengajaknya ke kantin. “Mabuchi? Ternyata bukan...” kata Futaba dengan kecewa.
Di perjalanan pulang, ia melamunkan pria tadi “Aku hampir saja memanggilnya tadi.Tapi wajahnya mirip. Tadi, apa dia tersenyum di saat kita saling bertatapan?” warna seragamnya sama denganku, jadi dia kelas satu sama denganku. Tiruan dari Tanaka, kah? Tapi yang benar saja! Apa yang membuatku berpikir kalau ia Tanaka?”. Seketika Futaba melihat ke depan “Hah!”. Ia terkejut.Ternyata di depannya adalah Mabuchi yang tadi. Mabuchi pun menoleh karena suara Futaba barusan. Futaba kemudian jadi gugup dan berkata “Aku tak bermaksud mengikutimu atau semacamnya! Rumahku ada di dekat sini!”. “O-oh tidak!” kata Futaba dalam hati, lelaki itu hanya diam dan melanjutkan berjalan. Futaba pun mengikutinya dari belakang. “Tidak, aku memang tidak bermaksud untuk mengikutinya, karena ini jalan pulangku” Ia berkata dalam hati sambil tersenyum. Lelaki itu tiba-tiba berhenti di depan sebuah bangunan. Bangunan yang Futaba juga lihat di saat perjalanan ke sekolah tadi. Lelaki itu pun berjalan ke dekat bangunan itu. Futaba yang terdiam melihatnya, kembali teringat masa lalunya saat ia berteduh bersama Tanaka“Tiba-tiba turun hujan, ya?” kalimat itulah yang Tanaka ucapkan pertama kali kepada Futaba saat berteduh bersama di bangunan itu. Lalu Futaba merasa yakin kalau lelaki itu adalah Tanaka. Ia pun mengejarnya. Ditemuinya, pria itu sedang duduk menyandarkan punggungnya ke dinding bangunan itu. “Tanaka?” Futaba memanggil lelaki itu. “Aku Mabuchi” jawab lelaki itu. Futaba merasa salah orang dan meminta maaf kepadanya.  Lalu ia pun pergi dengan perasaan malu.